Rabu, 23 Februari 2011

USAI SEBUAH PESTA
Utk : Gt

Dibawanya  pulang sisa - sisa makanan dan tulang belulang
Kau anggap anak -  anakmu anjing piaraan
Yang sigap menyantap makanan sisa dan tulang belulang
Memenuhi hasrat dari syahwat kerak usaha tiada batas
Serasa meminum air asin garam di lautan

Tak terlunasi rasa dahaga
Air samudera talah kerontang
Karenanya kita menjadi gersang
Seperti terpanggang lagu
Sepi ditimpa  perih periuk buni
Jkt 22 - 2- 2011
USAI SEBUAH PESTA
Utk : Gt

Dibawanya  pulang sisa - sisa makanan dan tulang belulang
Kau anggap anak -  anakmu anjing piaraan
Yang sigap menyantap makanan sisa dan tulang belulang
Memenuhi hasrat dari syahwat kerak usaha tiada batas
Serasa meminum air asin garam di lautan

Tak terlunasi rasa dahaga
Air samudera talah kerontang
Karenanya kita menjadi gersang
Seperti terpanggang lagu
Sepi ditimpa  perih periuk buni
Jkt 22 - 2- 2011
MATAMU PANCARKAN TELAGA
Utk : Lrt

Matamu pancarkan air telaga
Teduh kau rengkuh jiwa yang gaduh
Dan riuh kecipak air seperti tawa kanak - kanak
Berbuncah deras ngarai bibirmu

Aku terbujur kelu oleh kelok liku rembulan
Wajahmu tak terlintas awan di angkasa
Cuma satu warna
Semua biru
Seribu hatiku
Saat mencumbu dirimu

Dan para malaikat juga peri jadi cemburu
Sebab mereka anggap aku tlah berpaling
Dari kerling matanya
SAAT AKU MELEPASMU
utk Herdi Umbaran Putra

Di laut lepas kau mamaknai badai dan kabut
Sebagaimana kau maknai biji - biji
Yang tumbuh di setiap jengkal tanah
Dari jejak yang sengaja kau tinggalkan

Seperti setetes air liur yang menetes di bantal
Dan kau mereka - reka itu membentuk gambar
Seperti dirimu yang tamgah galau
Sebab terpukau pada lompatan sekawanan kijang
Menembus kabut dan hamparan mega - mega
Meniti cakrawala dan meniada di atas sana

Minggu, 20 Februari 2011

Tanah Impian


Sejengkal tanah yang kau andaikan itu surga
Telah mengiringmu pada balutan yang memenuhi batok kepalamu
Yang senantiasa membuatmu terjaga 
Memaknai waktu yang kau sendiri tak tahu ujungnya

Bahkan kau mengigau dalam tidur panjang 
Tentang pepohonan 
Yang menjelma rumah angin di masa kanak - kanakmu
Kau habiskan dengan melukisi mega - mega dengan air susu ibumu
Yang masih tersisa di sudut basah rekah bibirmu

Rabu, 16 Februari 2011

Mengiring Pagi

Pepohonan masih membujur kelu
Malam masih menyisakan beku di daun - daun
Dan kelu di ujung ranting dahan
Kicau burung tlah lama hilang
Menjelma alarm dan ringtone phonesell

Menterormu
Hingga dinding kamarmu bergetar
Lalu kau singkap kabut pagi
Dengan segelas kopi dan berita - berita koran
Yang telah usang

Lantas kalian bergegas meluncur menuju kotak - kotak lain
Yang kau yakinkan mengubah hidup anak dan istrimu
Kau tak tahu itu semu
JKT , 2011
Sepenggal asa

Malam tlah melepas jubah kelamnya
Embun merekah di sela - sela daun
Sunyi rerumputan masih menyisakan rintihan
Jengkrik dan belalang tiba - tiba di beku matamu

Ribuan kumbang menyikap tirai kabut pagi yang lingsut
Saat sepenggal asa surut
Ditingkap gegap gempita kicau burung yang murung
Sebab matahari alpa menyibak ombak di kelopak matanya
Dan kita tampak buta dan enggan untuk berkaca
Tiada ada DIA
Seandainya kau kembali

Seandainya kau kembali
Seperti merpati kini aku bebas
Melintas batas cakrawala
Di horison batinmu
Tak juga kuberharap
Kapan kau kembali

Meski sauh masih kurengkuh
Terpaut erat di sudut dermaga
Kuingat kau terbata
Saat berucap kata berpisah
Dan aku memaknainya
Setetes air mata tak kuasa menentukan arah jalan
Yang akan kita tuju
Sebab angin musim tlah menguasai haluan
Dan kau dalam pusarannya
JKT, Feb 2011