Selasa, 29 Maret 2011

JACQUES RANCIERE

JACQUES RANCIERE    

Politik dan etika kesetaraan Ranciere dilantik di Aljerial tahun 1940, ia murid Althuser dan menulis bersama sebuah buku yang  sangat terkenal dan berpengatuh dalam pemikiran Marxiet Reading Capital 1965 . Peristiwa Mei 1968 membuat ia tepisah dengan gurunya bahkan ia melancarkan kritik terhadap pemikiran gurunya . Ia bergabung dengan organisasi mahasiswa pekerja berhaluan Maois sehingga mondar - mandir antar universitas , pabrik .    Pada tahun 1975 , Ranciere menerbtikan sebuah jurnal bernama Revolt es Logiqus . Dalam periode tahun 70 - 80 an ia menerbitkan karyanya yang berpengaruh besar The Night of Labor ,1981 dan The Philosopher and The Poor 1983 , Ranciere mengajar di Universitas of Paris VII dari tahun 1969 - 2000 . Ia mengepalai Chair of Aesthetig and Politics dari tahun 1990 hingga pensiun .

    Filsafat dan Si Miskin Reincere memulai filsafat dengan kritik dan pertanyaan kepada filsafat, mengapa dalam filsafat sejak Plato hingga Marx banyak memunculkan figur si miskin.
Jangan  - jangan filsafat hanya menarik manfaat dari dirinya sendiri dengan mendasarkan pada pemikiran mengenai si miskin .Para filsuf menempatkan kaum miskin secara instrumental semata - mata dalam kegunaan untuk mengukuhkan status mereka sebagai filsuf .
Menurutnya ada 2 perbedaaan dalam filsafat yakni antara kelompok orang yang dianggap tidak memiliki  " kemampuan asali" berpikir dan kelompok lainnya . Yang oleh karena posisi sosial dan ekonomi diasumsikan kekurangan  tidak memiliki waktu dan kesenjangan dan karena dianggap tidak memadai untuk berpikir sebagaimana para filsuf . Di sini Reincere menunjuk Plato di mana masyarakat dibagi - bagi dalam divisi - divisi dengan tatanan dan fungsi masing  - masing budak terlepas dari domain filsafat .

    Dalam Plato setiap orang dalam jabatan memiliki kewajiban masing  - masing. Artis / pekerja melakukan kerja mengandalkan tenaga , ksatria berperang dan pemimpin berpikir .Konsepsi keadilan Plato berbasis di sini , yang adil apabila setiap jabatan dalam divisi memiliki sifat yang cocok dan pas dengan jabatan itu . Pemimpinpun yang kebijakan filsafati ,ksatria berperang , artis dan pekerja moderat sebab tak punya cukup waktu .

    Reincere memperjelas tatanan Plato sebagaiberikut :
Each order must be defined by it,s own virtue , but only a goverment of philosopers, guardians can give the first order it's own virtue wisdom (sophia), the warrior's virtue , which is righter courage. The artisan however is not made of material that philosopher could drees and dye . There is no virtue or education that belong to the laboring people, Peincere , 2004, The Philosopeher and His Poor , hal. 24

    Plato kemudian membawa divisi sosial ini lebih dalam menjadi strata dalam struktur "jiwa" dan masing - masing kelompok masyarakat. Masing - masing kelompok masyarakat ketika ia kemudian menyematkan identitas berdasarkan kualifikasi material yang herarkhis melalui : unsur emas untuk pemimpin dan filsuf, perak untuk ksatri dan perunggu untuk kaum pekerja. Ringkasnya di dalam Plato terbentuk partisi  - partisi dan herarkhis dari masing - masing strata , yang adil bila tak ada interupsi dari yang lain, ini steril.

Mematuk Rindu Bulan

Mematuk Rindu Bulan
(Utk AEC)

Angin bergerak dalam pusaran waktu
Begitupun aku tak kutahu kemana ini kan bermuara
Seperti juga usia tak kutahu di mana ujungnya

Engkau senantiasa menengadah dalam hening malam
Merekah diam dan pasrah
Rindumu terkulai dalam balutan waktu
Yang sangsi duka seolah lenyap asa

Mengertap seperti seperti sayap
Dan paruhmu mematuk bulan
Kau sadari itu bukan nyanyian keabadian
Tapi kutukan
Dan batu menjadi ujudmu kembali

Dan Dengan Dirimu

Dan Dengan Dirimu
(Untuk Aca dan Aci )

Ini tempat yang paling aku sukai
yang paling sering aku kunjungi
Seperti kembali aku di rahim ibu
Tak kupikirkan apa - apa
Kecuali kedamaian begitu rupa

Aku merasakan dan menyaksikan
Semua bukan dari mataku
Semua bukan dari telingaku
Tetapi dari segenap rasa dalam jiwa

Semakin dalam aku tenggelam
Engkau kulupakan
Eangkau kuabaikan
Aku terbakar sampai ke akar

Tanpa Kau Undang

Tanpa Kau Undang

Tanpa kau undang
Malam riang melenggang
Menyusup dalam selimut
Dan kau terpanggang dalam dingin kabut
Lalu dekapan malam kau rapatkan

Diam - diam pagi tlah menanti
Untaian embun seperti permata terhampar
Mengiringi jejak kaki yang hendak kau lalui

Kau bosan menatap rembulan
kau juga enggan bertemu matahari
Yang kau yakini tlah mengkhianati
Embun dan kabut dengan kibasan cahayanya
Hingga dirimu tampak di sana
Dan bayang - bayangmu indah menggoda

Selasa, 22 Maret 2011

Plato dan Sokrates

Inti ajaran Plato yang disebut "berhasil " adalah mencapai "keutamaan " atau "arete". Ini bukan sarana untuk mencapai kebahagiaan . "Keutamaan itulah kebahagiaan". Hidup utama dalam diri sendiri sudah merupakan "hadiah" kebahagiaan . Keberuntungan hidup , kekayaaan , relasi hanya bersifat sekunder .

Bagi Plato mengikuti Sokrates sosok seperti Achealus yang "jahat" tapi berhasil naik tahta tanpa dihukunm bukan tauladan "keutamaan" dan "kebahagian" .

Alain Badiou yang mengecam apa dalam sejarah filsafat dewasa ini disebut kelokan ke dalam bahasa (linguistic turn) seperti yang tampak dalam pemikiran post modern terutama dikemukakan oleh Lyotard dan Derrida . Dalam pengantar atas terjemahan Republik gagasan Plaot tentang negara dan kehidupan .

Plato , Sokrates dihukum mati 399 SM . 
Dan Plato menulis yang pada dasarnya pembelaan atau pengukuhan atas pendirian hidup gurunya . Syahdan persis tahun itu penguasa Yunani Utara di Macedonia Archealus dibunuh pemuda kekasihnya . Nama ini disebut dalam salah satu dialog Sokarates dengan Polus , dalam paparan Plato , Sokrates menganngagp Archealus "tidak bahagia" karena ia jahat . Polus tak sepaham dengan Sokrates, bagi Polus Archealus penjahat besar . Ia anak budak yang merebut paksa.

Ada kritik yang dalam berbagai ranahnya menyanggah supremasi si ego cogitaus descarter . Seraya menempatkan diri pada materialisme (Marx dab Freud) atau menggugat  rasionalisme (seperti gugatan Nietzsche dan Heidegger) yang bila diurut ke belakang bisa dikatakan dimulai oleh Plato . . Plato sererti tercantum dalam "arete" meletakkan keutamaan pada "pengetahuan" (sophia) dan memposisikan rasio seperti "pemimpin bagian - bagian jiwa lainnya ."

DEDES

DEDES

Arokpun terkesima
Ketika di balik gaun yang tersingkap di sela paha memancarkan cahaya mustika
Engkaukah wanita pilihan dewata
Yang  kelak menurunkan raja - raja di tanah Jawa
Itu pesan yang menjadi ajimat dari gurunya

Aku harus mendapatkan meski dengan cara keji
Kalau itu jalan yang harus dilalui
Aku tak peduli siasat dijalankan
Tipu daya dimaklumkan 
Sang empu mati ditikam keris sendiri
Kebo ijo menjadi kambing hitam dalam tragedi kematian

Kutukan embu gandring berlanjut sampai tujuh turunan
Mereka saling bunuh dalam kesumat dan dendam
Adipati Tumapel Tunggul Ametung mati oleh konspirasi sang permaisuri
Yang dengan sorot mata penuh birahi terpana pada pemuda tampan dan rupawan 
Yang penuh gairah yang menawan
Tetirah pada dekapan yang lembut dibalik keputren 
Tunggul Ametung telah renta
Dan dua insan kasmaran itu membuangnya 
Tapi juga membunuhnya

Isyarat Kepergianmu

Isyarat Kepergianmu

Kau tulis pesan pendek di atas awan
Kau andaikan itu akan cepat sampai padaku
Padahal itu tak kupahami sama sekali

Maka tatkala gelombang badai di cakrawala 
Menggulung mendung yang melengkung di kelopak matamu
Kau maknai itu sebuah isyarat
Kau akan pergi segera pergi
Tinggalkan segenap kerabat

Dengan rona wajah semu dan sembab
Jalan yang kau lalui lapang
Hamparan rumputan dan ilalang
Riang kau melenggang
Pintu hatimu membentang selurus pematang

Rabu, 02 Maret 2011

USAI SEBUAH PESTA
Utk : Gt

Dibawanya pulang sisa - sisa makanan dan tulang belulang
Kau anggap anak - anakmu anjing piaraan
Yang sigap menyantap makanan sisa dan tulang belulang
Memenuhi hasrat dari syahwat kerak usaha tiada batas
Serasa meminum air asin garam di lautan

Tak terlunasi rasa dahaga
Air samudera talah kerontang
Karenanya kita menjadi gersang
Seperti terpanggang lagu
Sepi ditimpa perih periuk bumi
Jkt 22 - 2- 2011
DI BATAS HARI

Di antara semak dan perdu yang nyaris tak berjarak denganku
Di situ masa kanak - kanakku menumpuk dalam lipatan waktu
Tiba - tiba menyembul pohon beton tinggi ribuan kaki
Seperti kandang merpati

Kini kami tahu kemana anak - anak kami bermain bola kaki
Mengukur bayang - bayang di tengah hari
Dengan mengarak layang - layang
Atau kami cuma bisa berimajinasi di muka televisi
Ahh diri ini makin ketepi sampai di batas hari
Jakarta 2011

SAYAP TAK TERSINGKAP

Siapa yang kemudian melewatkan malam bersamamu
Disela derit pintu menyapa
Mekarkan kuntum syahwat
Ketika purnama di puncak bukit mengiba

Sekawanan burung rajawali terbang
Mengerap menggores wajah resah
Dipoles bedak dan gincu

Lelaki malam yang menyusup dalam kondemu
Telah menghunuskan pedang dan menebasmu berulang
Hingga ke ulu hati
Dan purnamapun berlari berkelebat
Peri laknat telah terperangkap sayap tak tersingkap

Jakarta 2011

Terpanggang Matahari

Dulu sewaktu kutinggalkan kampung ini dalam abad yang tak pasti
Pohon jati masih meninggi lebat
Seribu peri berkelebat tak tertangkap mata yang kasad
Tapi kini kemana pergi hutan jati dan dimana peri sembunyi
Sepi terpanggang matahari

Sedang dam air mata di bawah  ringinkurungpun tak ada
Lautan dimana cikal bakal yang kini kekal
Yang mambuat kami ada saat ini bersinggasan atau kembali berkelana
Kami mesti sedekah bumi dan meyakini
Kau di sini