Senin, 17 Januari 2011

SAAT DIAM

Sengaja kau kudiamkan
Hingga wajahmu tumbuh aneka bunga dan rerumputan
Di matamua terpancar warna mawar dan senyum wangi melati
Di sungai mengalir lumpur keruh
Di situ keluh peluh bercampur
Sebab itu wangimu tak kusentuh
Kau diam dan tetap bertahan
Meski badai dan topan memporandakan tebing - tebing beting kalbumu
Hingga cakrawala di langit runtuh
Dan aku terlempar di hamparan belukar
Tubuhku terjerembah
Tak kutahu lagi kemana arah kiblat
Lalu kuraih ranum tubuhmu sewangi minyak zaitun
Dan aku terkulai bagai nyanyi tembang 
Yang sumbang kau lantumkan
Dan kita terpanggang bagai kanak -  kanak 
Yang temukan mainan yang lama hilang
Aku terbang 
Kau meradang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar